“Bersamamu kuhabiskan waktu. Senang bisa
mengenal dirimu. Rasanya semua begitu sempurna, sayang untuk mengakhirinya.”
-Ipang,
Sahabat Kecil-
Tulisan ini
tentang sedikit gambaran kegalauan seorang mahasiswa yang baru saja
menyelesaikan masa studinya, yang lagi di-pedekate-in sama sesuatu yang sangat
dia takuti, perpisahan.
Ini tentang
kalian, sahabat.
Kurang lebih
empat tahun sudah saya di kota ini. Empat tahun saya menjalani hari-hari
sebagai anak rantau di kota orang. Empat tahun berada disekeliling orang-orang
baik yang begitu menyenangkan. Empat tahun yang begitu priceless. Empat tahun yang begitu sulit untuk dideskripsikan satu
persatu.
Halo, sahabat...
Halo, kalian...
Begitu banyak tawa yang pernah ada. Enggak kehitung berapa ton celaan, rumpian yang udah kita bagi bersama. Enggak pernah bosan juga kita menghabiskan waktu bersama dari hari gelap sampe langit memerah karena si matahari udah mau terbit. Dan pastinya mau selama apapun waktu bareng kalian, itu enggak akan pernah cukup.
Begitu banyak tawa yang pernah ada. Enggak kehitung berapa ton celaan, rumpian yang udah kita bagi bersama. Enggak pernah bosan juga kita menghabiskan waktu bersama dari hari gelap sampe langit memerah karena si matahari udah mau terbit. Dan pastinya mau selama apapun waktu bareng kalian, itu enggak akan pernah cukup.
Hari ini, saya
merenungi sesuatu. Ya, saya sudah dekat sekali dengan perpisahan. Perpisahan
dengan kota ini dan tentunya perpisahan dengan sahabat-sahabat terbaik saya
disini. Enggak kerasa mata saya pun berkaca-kaca membuka folder demi folder
yang tersimpan di laptop saya. Ribuan foto itu mampu bercerita, membawa saya
keruang nostalgia, bersama mereka. Merecall
kembali masa demi masa, moment demi moment, memory demi memory.
Merantau di kota orang, jauh dari rumah dan orang tua, saya bersyukur banget dipertemukan dengan mereka. Orang-orang luar biasa yang membuat hari-hari saya disini begitu berwarna. Orang-orang gila yang selalu ada buat berbagi tawa. Orang-orang seru yang pasti solutif untuk berbagi kegalauan akademis dan non akademis. Ya, mereka bukan hanya sahabat. Mereka sudah seperti keluarga bagi saya.
Merantau di kota orang, jauh dari rumah dan orang tua, saya bersyukur banget dipertemukan dengan mereka. Orang-orang luar biasa yang membuat hari-hari saya disini begitu berwarna. Orang-orang gila yang selalu ada buat berbagi tawa. Orang-orang seru yang pasti solutif untuk berbagi kegalauan akademis dan non akademis. Ya, mereka bukan hanya sahabat. Mereka sudah seperti keluarga bagi saya.
Mungkin ini yang
dibilang orang syndrome pasca wisuda.
Ya, saya sedang berada disitu saat ini. Sengaja saya masih berada di kota ini
saat ini, buat punya waktu yang lebih lama sama mereka. Main sepuasnya, jalan
secapeknya, sekadar ngobrol atau makan bareng aja, asal bareng mereka. Karena
setelah ini saya tau bakal susah buat dapat moment
seperti ini lagi.
Kemarin, satu
persatu dari kalian sudah dahulu pergi. Pulang kekota sendiri, atau kembali merantau
di kota lain untuk mengejar mimpi. Dan cepat ataupun lambat, nanti, akan tiba
juga giliran saya. Begitu juga dengan mereka, sahabat-sahabat saya yang lain.
Karena sudah datang saatnya buat masing-masing dari kita untuk mengejar mimpi.
“Tak pernah terlewatkan dan tetap mengaguminya. Kesempatan seperti ini tak akan bisa dibeli.”
-Ipang,
Sahabat Kecil-